Chjanoy Kromowidjojo dari Belanda Mencari Leluhurnya di Purbalingga

Chjanoy Kromowidjojo dari Belanda Mencari Leluhurnya di Purbalingga (Dok : Instagram Chjanoy Kromowidjojo)
Pangkalan data Nationaal Archief Belanda bertajuk Suriname Contractarbeiders uit Java menyebutkan ada 565 orang yang berasal dari Afdeling Poerbolinggo, Banjoemas dibawa Belanda ke Suriname sebagai pekerja kontrak perkebunan selama kurun waktu 1890 – 1930. Sebagian besar dari mereka tak pulang ke kampung halamannya.

Banyak diantara mereka yang berhasil melewati masa sulit, beranak-pinak dan melanjutkan hidup di negeri yang berjarak ribuan kilometer dari tanah kelahirannya itu. Alhamdulilah, banyak yang kini hidup berkecukupan dengan menjadi warga negara yang terletak di Amerika Selatan itu, bahkan, beberapa menjadi warga Belanda.

Meski sudah jauh dari tanah leluhur, mereka tak melupakan asal-usulnya, banyak yang masih nguri-nguri Budaya Jawa. Minimal, mereka masih menyematkan nama Jawa di belakang namanya dan uniknya masih dengan ejaan lama. Ada pula yang penasaran dengan leluhurnya dan melacak sampai datang ke Purbalingga.

Mas Arie Grobbee pernah mempertemukan Boewang Kartadi yang buyutnya berasal dari Desa Cipaku. Saya pernah mempertautkan Stephanie Kramawitana dengan keluarganya yang ada di Depok, Kedungwuluh.

Kisahnya pertemuan Kartadi dengan keluarganya saya tulis dan bisa dibaca di sini. Sementara, pertautan Stephanie dengan keluarganya bisa dibaca di sini.

Ada pula yang secara mandiri melacak leluhurnya sampai ke Purbalingga seperti yang dilakukan oleh Chjanoy Kromowidjojo. Ia adalah saudara laki-laki ‘Ratu Renang’ dari Belanda, Ranomi Kromowidjojo, perenang cantik peraih tiga Medali Emas Olimpiade.

Artikel tentang Ranomi dan leluhurnya yang berasal dari Purbalingga bisa dibaca di sini

Saya menghubungi Chjanoy via direct message instagram beberapa waktu lalu. Ia sangat berhasrat mencari leluhurnya dan pernah ke Purbalingga dua tahun lampau untuk melacaknya. Sayang, pencariannya hampa. Arsip-arsip kita tak menjangkau data selama itu dan tak ada perangkat / warga desa yang ditemui mengenal leluhurnya.

Begini jawaban Chjanoy di percakapan instagram : “Yes! My great great grand parent are from central java. The parent of my grand father are from Purbalingga area. I went there 2 years ago with a guide ro look for the Desa’s Pingit and Nanatan. Apparently there are 2 Desa Pingit and i found Panyatan, that could be Nanatan in the past. I went to some villages to look into archieves but the archieves are not too old. So, its not easy to find aything”

Great-great grand father atau buyut dari Chjanoy adalah Sawen Kramawitana. Ia lelaki dengan tinggi 154 cm berciri fisik ada pigmen spot alis kanan. Sawen muslim dan Ia berumur 28 tahun saat dibawa Belanda ke Suriname via Batavia. Kapal Sembilan yang mengangkutnya berangkat pada 7 Mei 1928 dan berlabuh di Paramaribo.

Sawen Kramawitana (Dok : Nationaal Archief)
Pak Sawen dibawa oleh agen tenaga kerja Goedman MJ yang bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda. Ia dikontrak dengan kode AF541 mulai 21 Juni 1928 sampai 21 Juni 1933 di perkebunan Nieuw Meerzorg. Sawen tercatat tidak dikembalikan ke kampung halamannya alias tinggal di Suriname.

Alamatnya berasal dari Gewest  : Banjoemas, Afdeling : Poerbolinggo, District : Poerbolinggo dan Dorp / Desa Nanatan. Nah, Chjanoy kesulitan mencari Desa Nanatan di Purbalingga, sebab, saat ini memang tidak ada desa bernama itu. Ia sampai mengunjungi sebuah dukuh / grumbul bernama Panyatan yang kini ada di Desa Gunung Wuled, Kecamatan Rembang. Di bawah ini foto Chjanoy saat di Panyatan

Grumbul Panyatan (Dok : Chjanoy Kromowidjojo)
Menurutku, Nanatan ini bisa salah ketik data atau ada kampung/dusun yang saat itu bernama Nanatan dan sekarang kurang dikenal / hilang. Bisa juga, memang terdata nama kampungnya. Misal, saya menemukan ada beberapa kuli kontrak asal Purbalingga yang terdata berasal dari Slatri, Poetjangloewoek, Depok, Djlegong yang saat ini adalah kampung.

Kemudian, buyut perempuan Chjanoy bernama Bok Tjewo alias Karsijem. Ia berasal dari Desa Pingit, District Tjahjana. Perempuan bertinggi 152 cm dengan ciri fisik ada kutil di atas kelopak mata. Tjewo dibawa ke Suriname saat baru berumur 17 tahun melalui Batavia pada 30 Juni 1928 dengan Kapal Merauke II

Bok Tjewo (Dok : Nationaal Archief)
Meski tak bebarengan, agen tenaga kerja yang membawa Tjewo sama dengan Sawen yaitu Goedman MJ dan bekerja untuk perkebunan yang sama pula, yaitu, Niew Merzog. Kode kontraknya Mbak Tjewo AF999 yang berlaku mulai 18 Agustus 1928 sampai 18 Agustus 1933.

Saat ini, Desa Pingit ada di Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga di sebelah timur. Chjanoy pun melacak sampai ke Pingit.

Chjanoy di Depan Balai Desa Pingit (Dok : Instagram Chjanoy Kromowidjojo)

Notes : Berarti pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, wilayah Purbalingga sampai di Pingit yang sekarang masuk Banjarnegara. Pada penelusuran saya lebih lanjut wilayah seperti Mandiraja, Bawang, Klampok sampai Wanadadi yang kini di Banjarnegara dulunya juga masuk di Afdeling Purbalingga, setidaknya sampai tahun 1945-an. Ada sedikit mengusik penasaran saya, sejak kapan kemudian wilayah itu jadi masuk Kabupaten Banjarnegara yaaa... hehe.

Bisa jadi karena sesama ngapakers dan bekerja di satu perkebunan, Bok Tjewo dan Sawen akhirnya jatuh cinta. Witing tresno jalaran saka ora ana liya kulina gaess... Mereka menikah, lalu membina rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah daaan beranak banyak...

Anaknya yang pertama, Poeniman yang lahir pada 17 Oktober 1930. Nah, entah kenapa pada 26 Oktober 1955, dia memilih nama belakang Kromowidjojo bukan lagi Kramawitana seperti Sawen ayahnya. Anak kedua, Christiaan Wakiman yang lahir pada 25 Maret 1934 di Reynsdorp. Anak ketiga, Helena Painem lahir pada 3 Desember 1936. Keempat, Painah lahir pada 18 November 1938 di Kroonenburg. Anak kelima, Alexandrina Caminah lahir di 24 Agustus 1941 di Meerzorg.

Apik-apik jenenge yaa lurr.....

Kakek Chjanoy pada Usia Senjanya di Suriname (Dok : Instagram Chjanoy Kromowidjojo)
Kemudian dari Poeniman Kromowidjojo inilah kemudian lahir Rudi Kromowidjojo yang merupakan ayah Ranomi. Rudi ini pindah dari Suriname ke Belanda dan kemudian menikah dengan Gadis Landa Aseli bernama Netty Deemter dari Kota Sauwerd.

Nah, dari pernikahan lelaki keturunan Purbalingga-Indonesia dengan gadis Sauwerd-Belanda itu lahirlah lelaki gagah bernama Chjanoy Kromowidjojo itu dan juga saudarinya Ranomi Kromowidjojo yang jadi atlet renang kaliber internasional.

Kayakue luur, kisaeh Mas Chjanoy, keturunan Purbalingga nang Belanda sing nggoleti leluhure... Jarene si arep dolan maring ngeneh maning. Omonge kaya kiye karo inyong : “I hope I can go back to java soon”. Okey, ditunggu brooo.... soonn ya... serr...

Sumber :

-       Data tentang Sawen dan Bok Tjewo di Suriname Contractarbeiders uit Java Nationaal Archief, Belanda

-       Spesial Thanks to Chjanoy Kromowidjojo atas obrolannya yang bersahabat

igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

2 Responses to "Chjanoy Kromowidjojo dari Belanda Mencari Leluhurnya di Purbalingga"

Prayogo Agung P said...

Awesome article. Sir!!!

Arno said...

Pada blog lain. Bukane cjahyana it skrang di ganti
Menjadi PEKIRINGAN. Yg skrng ikut kec.krang moncol.?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel