Kiye 15 Wong Penitjan lan 3 Wong Senon Sing Digawa Werek Landa Maring Suriname

Bok Kasmawi alias Soeblem (Dok : Nationaal Archief)
Ini tulisan yang ke-12 tentang orang-orang Purbalingga yang dibawa Belanda sebagai pekerja kontrak perkebunan ke Suriname. Ada cerita deskripsi orang yang dibawa, gambaran pekerjaan di sana, kehidupan mereka dan kisah perjumpaan keturunanannya.

 

Kali ini saya menuliskan orang dari Penitjan, salah satu desa di Purbalingga yang dibawa Belanda ke negara di Amerika Selatan itu. Ini menarik bagi saya karena jumlah orang dari Penitjan (sekarang desa di Kecamatan Kemangkon) yang ‘digawa werek nang Landa’ cukup banyak, ada 15 orang. Ada lelaki, perempuan bahkan anak-anak.

 

Orang jaman dulu menyebut orang yang diculik / dibawa Belanda itu disebut dengan “digawa werek”. Sepertinya ini asal kata dari Bahasa Belanda, ‘werk’ yang artinya ‘bekerja’.

 

Menurut beberapa referensi, Belanda memang acak membawa orang dari tanah jajahannya ke Suriname. Terkadang bisa mengambil orang di pasar, menangkap di jalanan atau diambil saat dijumpai di desanya. Tak heran jika seringkali pasangan suami istri bisa terpisah, bahkan ada seorang Ibu yang dibawa dengan anaknya yang masih balita tanpa suaminya.

 

Ada pula sih yang mendaftar resmi atau minggat ikut Belanda gara-gara urusan asmara... wkwk. Seperti kisah Setoe Sadiwirja dari Ploemoetan yang bisa dibaca di link berikut.

 

Biasanya jumlahnya tak sampai puluhan dari satu desa, bahkan hanya seorang diri dari desa itu. Oleh karena itu, case orang yang berasal dari Dorp Pentjan, District / Afdeling Poerbolinggo, Gewest Banjoemas ini cukup unik karena jumlahnya buanyak.

 

Pengen ngerti sapa bae? Kiye lur datane 15 wong Penitjan sing digawa werek Landa maring Suriname sekang arsipe Contractarbeiders Uit Java 1890-1930, National Archief, Walanda.

Arsasemita alias Boegil (Dok : Nationaal Archief)
Pertama, ada lelaki bernama Arsasemita alias Boegil. Pria setinggi 160 cm dengan ciri identifikasi ada bintik pigmen di bawah mata kiri. Ia berumur 28 tahun saat diberangkatkan dari Pelabuhan Tandjoeng Priok menuju Paramaribo pada 5 Mei 1925 dengan Kapal Blitar.

 

Boegil dibawa oleg agen tenaga kerja Goedman M. beh. pl. Nw. Meerzorg dan mulai dipekerjakan pada 17 Juni 1925 di Perkebunan Nieuw Meerzorg.

 

Ia tercatat dikenbalikan pada tanggal 31 Juli 1928 dengan Kapal Sembilan. Tak dijelaskan apakah sampai kembali ke Penican atau tidak.

 

Kedua dan ketiga, bersamaan dengan Boegil ada perempuan bernama Bok Kasmawi alias Soblem yang dibawa Belanda bersama anaknya. Ia bertinggi badan 146 cm dengan ciri ada tanda identifikasi pigm vlek di dahi. Saat dibawa Soblem berumur 25 tahun.

 

Meski dibawa bersamaan dengan Boegil, Soblem dibawa agen yang berbeda. Dia dibawa oleh agen The Nickerie Sugar Estate Co Ltd, NJ dan dipekerjakan di perkebunan Waterloo & Hazard. Kontraknya dimulai pada 17 Juni 1925.

 

Ini yang menyedihkan Ia dibawa bersama anaknya yang baru berumur 1 tahun bernama Soeminah. Pada keterangannya Soeminah sakit dan dilarikan ke rumah sakit pada 22 Juni 1925 dan meninggal 4 Juli 1925. Soeblem tercatat tak pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan lelaki bernama Sakijo.


Keterangan : Foto Soeblem dan Soeminah yang ada dijadikan foto utama di atas.

Koeret (Dok : Nationaal Archief)
Keempat, lelaki bernama Koeret, 30 tahun, tinggi badan 167 cm. Meski dari desa yang sama, waktunya berbarengan dan kapalnya sama dengan Boegil dan Soblem, Koeret ini dipekerjakan oleh agen yang berbeda yaitu Brunings EA. Ia dipekerjakan di perkebunan Rust en Werk dengan tanggal dimulainya kontrak 17 Juni 1925.

 

Kelima adalah istri dari Pak Koeret ini yang benama Bok Koeret alias Kasem, 28 tahun. Kasem bertinggi badan 155 cm. Ia diperkejakan di perkebunan yang sama dengan suaminya, Koeret.


Suami-Istri ini tak kembali ke kampung halamanya dan meneruskan kehidupan di Suriname. Mereka memiliki tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, yaitu Isnen yang lahir pada 15/4/1928, Wagim 19/5/1934, Legiman 11/3/1937, Wagijem yang meikah dengan Troeno dan Selok alas Saidjah yang menikah dengan kasiman.

 

Bu Koeret alias Kasem tercatat meninggal pada 25 April 1943 di Desa Sidodari, District Saramacca. Tidak tersedia foto kasem.

 

Keenam, Bok Kesrak alias Kesrak, 17 tahun. Perempuan Penican setinggi 147 cm itu dibawa via Pelabuhan Samarang pada 10-9-1925 dengan Kapal Karimoen III.

Bok Kesrak (Dok : Nationaal Archief)
Ia dipekerjakan oleh The Nickerie Sugar Estate co. Ltd.NJ dan dikontak mulai 24-10-1925 untuk Perkebunan Waterloo dan Hazard. Kesrak tak dipulangkan dan meninggal pada 24-10-1950 di Paramaribo.

 

Ketujuh ada Bok Idris alias Karidja, perempuan, 24 tahun. Tingginya 149 c, demham ciri fisik ada bintik pengenal di pipi kanan. Ia dibawa via Tandjong Priok pada 6-8-1926 dengan Kapal Krakatau oleh N.V. Nickerie Sugar Estate & Co. Ltd.

Bok Idris alias Kardija (Dok Nationaal Archief)
Karidja dipekerjakan di Perkebunan Waterloo dan Hazard dengan tanggal kontak mulainya 30 September 1926

 

Ia tak pulang ke Purbalingga dan menikah dengan Amathardji dan memiliki banyak anak, yaitu, Kasimin, laki-laki, lahir 3 Desember 1927 di Waterloo, Rasinem, lahir 19 April 1929 di Waterloo ( Meninggal pada 28/11/29), Kasmina, lahir 31 Januari 1931 di Nieuw Nickerie, Kasmi, lahir 9 Desember 1932 di Waterloo, Kasinem, 21 Januari 1935 di Nickerie, Kasdi lahir 14 Agustus 1939 dan Kasminie, lahir 15 Agustus 1943 di Nickerie

 

Delapan, ada Bok Tirtamenawi alias Ranis, 32 tahun. Perempuan bertinggi 142 cm itu dibawa bersamaan dengan Karidja. Ia juga di dipekerjakan oleh N.V. Nickerie Sugar Estate & Co. Ltd untuk Perkebunan Waterloo dan Hazard dengan tanggal kontak mulainya 30 September 1926

Bok Tirtamenawi alias Ranis (Dok National Archief)
Ibu Ranis dari Penitjan ini meninggal beribukilometer dari tanah kelahirannya pada 25 Mei 1942 di Paramaribo.

 

Orang Penican kesembilan yang dibawa Belanda bernama Kaswadi alias Satir, 28 tahun. Pria setinggi 151 cm itu memiliki tanda identifikasi daun telinga kanan bintik pigmen. Satir dibawa via Batavia pada 6-6-1927 dengan Kapal Kangean oleh agen Shields, A, Beheerder.

Kaswadi alias Satir (Dok : Nationaal Archief)
Satir kemudian dikontrak mulai 18 Juli 1927 di Perkebunan Alliance. Ia tak kembali dan tinggal di Marienburg, Suriname.

 

Kesepuluh dan Kesebalas ada Bok Marjanom alias Kaswen, 27 tahun dan anaknya yang masih balita bernama Pondok. Kaswen bertinggi 146 cm dengen ciri pengenal ada noda pigmen di leher.

Bok Marjaom alias Kaswen dan anaknya, Pondok (Dok : Nationaal Archief)
Meski dibawa bersamaan dengan Satir dan satu desa, namun agen tenagakerjanya berbeda yaitu De Firma C. Kersten & Co Administrator. Tempat kerjanya juga berbeda yaitu di Perkebunan Peperpot & Dordrecht yang dikontrak mulai 18 Juli 1927.

 

Kaswen tidak dikembalikan dan tercatat di capil Suriname 27 Maret 1951 dengan nama keluarga Marjonom. Sementara anak Kaswen yang bernama Pondok dibawa saat berusia 5 tahun memilih bernama Satijem Marjanom.

 

Keduabelas, lelaki dari Penican bernama Gareng, 23 tahun. Ia bertinggi badan 153 cm dengan ciri ada pigmen di dadanya. Ia diberangkatkan dari Batavia pada 15-8-1927 dengan Kapal Madioen IV.

Gareng (Dok : Nationaal Archief)
Mas Gareng bekerja di Perkebunan Peperpot & Dordrecht mulai kontrak 24 September 1927. Ia tak kembali  dan terdata ber pada tanggal 22 Februari 1951 memilih nama keluarga Kromosentiko.

 

Ketigabelas, pria Penican bernama Karsoen, 26 tahun. Ia bertinggi 160 cm dengan ciri ada sedikit bopeng. Karsoen berangka dari Batavia pada 7 Mei 1928 dengan Kapal Sembilan dibawa oleh agen Vervuurt RJ jr.

Karsoen (Dok : Nationaal Archief)
Karsoen dikontrak mulai 21 Juni 1928 untuk bekerja di Perkebunan Alliance. Ia tak dipulangkan dan tinggal di Suriname terdata bernama Karsoen Wiroredjo.

 

Keempatbelas, bersamaan dengan Karsoen ada perempuan Penican yang dibawa Belanda bernama Bok Tarodji alias Tarijem, 18 tahun. Perempuan bertinggi 143 cm itu memiliki ciri identifikasi ada bekas luka pada batang hidung.

Bok Tarodji alias Tarijem ( Dok : Nationaal Archief)
Meksi berangkat bareng, berbeda dengan Karsoen, Mbak Tarijem dibawa oleh agen Brunings EA. Tempat kerjanya pun beda. Tarijem dikontrak di Perkebunan Johannesburg (Ben Comm.) mulai 21-6-1928.

.

Yu Tarijem tercatat menikah tahun 1930 dengan Djoemena dan memiliki banyak anak, diantaranya, 1. Eduard Wagiman, lahir 30-6-1931 2. Meta Kajem, lahir 15-2-1935 3. Jatinah, lahir 27/9/1936. 4. Mohamed Atnam,  lahir 21-2-1938. 5. Tarmi, lahir 16 Juli 1940. 6. Moesinah, lahir 17-6-1941. 7. Saria 8. Djaijah 28-5-1945 9.Djarijem, 19-5-1948 10. Muhad Ismail, lahir 1/5/1954.

 

Kelimabelas ada perempuan bernama Bok Tirtamenawi alias Sarimpen, 28 tahun. Ia bertinggi badan 143 cm dengan tanda identifikasi ada bintik pigmen di leher. Sarimpen diberangkatkan dari Batavia pada 22-8-1928 dengan Kapal Simaloer II.

Bok Tirtamenawi alias Rimpen (Dok : Nationaal Archief)
Ia dibawa oleh agen N.V.Nickerie Sugar Estates & Co. Ltd untuk bekerja pada Perkebunan Waterloo dan Hazard dengan kontrak mulai 7-10-1928. Sarimpen tak kembali dan pada catatan sipil Suriname 1/8/1954 memilih nama keluarga Tirtamenawi. Akhirnya, Sarimpen Tirtamenawi, Perempuan Panican itu tinggal di Nickerie, Suriname.

 

Sudah kelar orang Panican eh ada request Mbak Rahma Hartati dari Desa Senon. Sekalian saya tuliskan.

Bok Santani alias Keben (Dok : Nationaal Archief)
Pertama ada perempuan bernama Bok Santani alias Keben, 22 tahun. Perempuan setinggi 158 ini ada tanda identifikasi bekas luka dahi sebelah kanan. Keben diberangkatkan dari Batavia pada 15-8-1927 dengan Kapal Madioen IV.

 

Keben bekerja di Perkebunan Marienburg & Zoelen dengan tanggal dimulainya kontrak 24 September 1927. Ia tak dikembalikan daan meninggal 3/12/1936 di Marienburg.

 

Mbak Keben sempat menikah dengan pria bernama Sanjar. Ia meninggalkan dua orang anak, yaitu, 1. Roebinah lahir 26/7/1932 di Marienbug yang kemudian dirawat lebih lanjut oleh Bok Dipawidjaja dan suaminya yang tinggal di Charlesburg. 2. Rebo lahir 12/12/1934 di Marienburg yang setelah ibunya meninggal dirawat oleh Bok Sireng. Rebo meninggal pada 16/1/1944 di Paramaribo.

 

Kedua ada pria Senon bernama Madrakis, 28 tahun. Pria bertinggi 161 cm ini diberangkatkan dari Batavia pada 2-8-1923 dengan Kapal Chenab. Ia dibawa oleh agen Shields, A, Beheerder. Madrakis mulai bekerja pada 16/9/1923 di Perkebunan Alliance. Ia meninggal 3 tahun setelah tiba di Suriname pada 15 Mei 1926. Tak tersedia foto Madrakis.

 

Ketiga ada pria bernama Sakin, 23 tahun. Ia bertinggi 155 cm dengan ciri ada pigmen di lehernya. Sakin diberangkatkan dari Batavia pada 15-8-1927 dengan Kapal Madioen IV. Sakin dikontrak mulai 24 September 1927 di Perkebunan Marienburg & Zoelen

Sakin (Dok : Nationaal Archief)
Sakin tercatat memiliki nama keluarga Rebin. Ia tinggal di Suriname menikah dengan Ngadijem dan memiliki 8 orang anak. 1. Pomirah lahir tahun 1936, 2. Ngadiman Lahir 21/12/1938, 3. Pamin, lahir 13/7/1940, 4. Wagijem, lahir 1/5/1942 5 Jamil Willy, lahir 16/11/1944, 6. Sadikaen, lahir 24/12/1946, 7. Helen Helouise, lahir 30/10/1948, 8.Silaija Carmen, lahir 3 / 9/1950.

 

Kayakue lur kisah wong Desa Penican karo Senon, siki nang Kecamatan Kemangkon sing digawa werek nang Landa maring Suriname.

 

Sumber :

Nationaal Archief, Belanda

igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

0 Response to " Kiye 15 Wong Penitjan lan 3 Wong Senon Sing Digawa Werek Landa Maring Suriname"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel