Episode 5 : Orang Purbalingga di Suriname, Minggat Gara-Gara Asmara

Sadiwirja (Dok. Nationaal Archief Belanda)
Seperti sudah saya tulis sebelumnya, ratusan orang Purbalingga dibawa Belanda ke Suriname. Pada pangkalan data Nationaal Archief Belanda ada 565 warga afdeling Poerbolinggo yang dibawa untuk menjadi pekerja kontrak perkebunan negara Jajahan Belanda di Amerika Selatan itu selama 1890-1930.

Pihak Belanda tak memberikan informasi apa-apa ke keluarga yang ditinggalkan sehingga saat tak ada kabar beritanya, tak pulang-pulang, mereka hanya bisa pasrah dan menganggap anggota keluarganya sudah meninggal. Oleh karena itu, upaya menyatukan ‘balung pisah’ kadang teramat susah. Keturunan mereka tak saling berhubungan satu sama lain.

Mas Arie Grobbe adalah orang yang getol menelusuri dan berusaha menyatukan keturunan orang Purbalingga di Suriname dengan kerabatnya disini. Salah satu kisah perjumpaan keturunan orang Purbalingga di ke Suriname dan keluarganya di Cipaku sudah saya tulis di sini.

Nah, kemarin Mas Arie japri via mesengger FB membagi tautan hasil penelusuranya 5 tahun silam atas seorang dari Pelumutan (Kini desa di Kecamatan Kemangkon) yang dibawa oleh Belanda ke Suriname bernama Setoe Sadiwirja. Ini sangat menarik, sebab, Ia masih mempunyai tanah seluas 23 ubin di kampung halamannya dan dirinya rela dibawa Belanda ke Suriname salah satunya karena urusan asmara... hehe

Mas Ari menemui kerabat Sadiwirja bernama Pak Rismadi dan Pak Kasta. Pak Rismadi (kelahiran 1938) mengkonfirmasi memang ada kerabatnya yang bernama Setu, pergi dari Ia belum lahir sampai saat ini. Nah, yang menarik, sampai sekarang masih ada tanah seluas 23 ubin (322 meter persegi) atas nama Setu.

Mas Ari Grobbe dan Pak Rismadi (Dok : Arie Grobbe)
Meski sudah 90 tahun tak ada kabar beritanya, kerabatnya tak mau mengambil haknya. Tanahnya masih dipertahankan atas namanya.

Tanah Warisanya Setoe (Dok. Arie Grobbe)
Menurut penelusuran Mas Arie, Setoe adalah anak dari Ki Dipasemita dan Ni Winem. Keluarga mereka cukup mapan sehingga diduga motif Sadiwirja berangkat ke Suriname bukanlah ekonomi. Lalu kenapa??

Ternyata oh ternyata, Sadiwirja minggat ke Suriname karena asmara.. hehe. Ia diduga berbebut pacar sehingga daripada berlarut-larut memilih untuk pergi ke negeri seberang.. hihi.

Berdasarkan data Nasional Archief, Sadiwirja yang berangkat pada 30 Juni 1928 memang tak sendiri. Saat itu ada seorang perempuan satu desa yang berangkat bersamanya bernama Bok Moerdjaja alias Sireng.

Hmmh, dua orang satu desa berlainan jenis merantau bersama. Yaa, begitulah cinta... gunung kan ku daki, lautan ku seberangi sampailah dua sejoli, orang Ploemoetan di Suriname... serr..

Sadiwirja yang bertinggi badan 164 cm dan Sireng bertinggi badan 147 itu berangkat dari pelabuhan Batavia. Saat itu, Sadiwirja 29 tahun dan Sireng baru 18 tahun. Lumayan jauh juga ya perbedaan umurnya.. ah, peduli setan, namanya juga cintrong.. serr lagi..

Sireng (Dok. Nationaal Archief, Belanda)
Mereka tercatat berasal dari Gewest Banjoemas, District Poerbolinggo, Desa / Dorp Ploemoetan menumpang kapal Merauke II dan tiba di Paramaribo. Agen tenaga kerja yang membawa mereka adalah Brunings E A Beheerder.

Sadiwirja dan Sireng mulai bekerja pada 18 Agustus 1928 di perkebunan Rust en Werk, lalu pada 5 Juni 1931 berpindah ke perkebunan Marienburg en Zoelen.

Nah, ini yang unik lagi, Sadiwirja tercatat tak kembali ke negara asalnya dan tinggal di negara tetangga Brazilia itu. Namun, Sireng tercatat dikembalikan ke Hindia Belanda pada 8 Juni 1935 dengan menumpang Kapal Tabian.

Apakah mereka lalu berpisah atau Sireng kepincut laki-laki lain lalu dibawa kembali ke Hindia Belanda?. Ah, cinta memang suka menyimpan misteri... entah apa yang terjadi dengan mereka, yang jelas, Sadiwirja dan Sireng tak kembali ke Ploemoetan.

Keturunan Setoe Sadiwirja di Suriname (Dok. Arie Grobbe)
Selain sejoli itu, setahun sebelumnya sudah ada dua orang Peloemoetan yang dibawa ke Suriname. Keduanya perempuan. Mereka adalah Bok Reksawireja alias Painem, tinggi badan 146, berumur 20 tahun dan Bok Sanmoekmin alias Warsijem, tinggi badan 149, berumur 22 tahun.

Painem (Dok. Nationaal Archief)
Mereka berdua dibawa melalui pelabuhan Batavia dengan kapal Madioen IV pada 15 Agustus 1927. Setelah tiba di Paramaribo mereka mulai bekerja pada 24 September 1927 di Perkebunan Marienburg & Zoelen. Keduanya, tercatat tak kembali dan meneruskan hidupnya di Suriname.

Warsijem (Dok. Nationaal Archief, Belanda)
Warsijem kemudian tercatat memiliki 7 orang anak. Pertama, Warlim yang lahir pada 20 Juni 1929 di Marienburg. Kedua, Wardi lahir 10 Juli 1932 di Marienburg. Ketiga Slijem yang lahir pada 12 Januari 1939 di Alkmaar. Keempat, Poniti lahir di Tamanredjo pada 12 Mei 1941. Kelima, Paijem yang lahir 1 Maret 1943 di Tamanredjo. Keenam, Nisman lahir di Tamanredjo pada 16 Agustus 1945. Kemudian, Ketuju Tujem yang lahir 23 Desember 1951 di Comm.

Mereka semua mempunyai nama keluarga Sanmoekmin. Jadi, misalkan anak kelima, nama lengkapnya Poniti Sanmoekin.

Mas Arie Grobbe melacak keturunan Warsijem dan ini dia cucu-cucunya :

Keturunan Warsijem di Suriname (Dok. Arie Grobbe)
Kemudian, ini juga. Salah satunya bernama Polijem Sanmoekmin sudah mengkonfirmasi bahwa dirinya adalah keturunan dari Bok Sanmoekmin alias Warsijem.

Keturunan Warsijem di Suriname (Dok. Arie Grobbe)
Ada sedikit catatan. Jika Sadiwireja dan Sireng tercatat berasal dari Dorp / Desa Ploemoetan, District Poerbolinggo. Painem dan Warsijem tercatat berasal dari Peloemoetan, District-nya Bobotsari.

Penulisan desanya beda ‘Ploemoetan’ dan ‘Peloemoetan’. District-nya Poerbolinggo dan Bobotsari. Kalau afdeling dan gewest-nya sih sama Poerbalingga dan Banjoemas.

Sebagai informasi, jaman kolonial Belanda, district di Afdeling / Kabupaten Poerbolingo ada 3, yaitu, Poerbolinggo, Bobotsari dan Boekatedja. So, apakah di Bobotsari dulu ada wilayah yang bernama Peloemoetan?

Dadi kaya kuwe lur, kisaeh wong Purbalingga sing digawa maring Suriname nang Landa. Ana-ana baen yaa... serr...

Keterangan :
Special thanks to Mas Arie Grobbe. Sumber Foto dan Data ; Nationaal Archief, Belanda


igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

0 Response to "Episode 5 : Orang Purbalingga di Suriname, Minggat Gara-Gara Asmara"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel