Hari Batik Purbalingga dan Mimpi yang Jadi Nyata


Lia Pratiwi tak menyangka mimpinya untuk menampilkan busana hasil desainnya dalam sebuah fashion show begitu cepat terwujud. Sebagai seorang busana mimpi terbesarnya tentu saja karyanya ditampilkan oleh model lenggak-lenggok datas catwalk. Oleh karena itu, ketika Ia harus naik ke atas panggung setelah sesi peragaan busana karyanya ditampilkan pada acara Lenggak-Lenggok Batik Purbalingga, Lia merasa terharu dan bangga. Perasaan itu pun ditumpahkan dalam postingan di medosnya.



Gadis jelita berusia 18 tahun yang baru lulus dari SMK jurusan tata busana itu memang sudah mantap memilih jalan hidupnya sebagai seorang desainer. Ia merintis Rumah Mode yang diberi nama Momodiste di rumahnya yang ada di Desa Pangempon, Kecamatan Kejobong, Purbalingga. Tak hanya pandai merancang busana, Lia juga fasih beraksi diatas catwalk.

Tak beda dengan Lia, Siswati, desainer dari Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang juga tak bisa menutupi rasa bangga dan harunya ketika karyanya ditampilkan. Gadis yang hanya lulusan SMP itu bahkan menyabet gelar juara sebagai desainer terbaik pada ajang tersebut. Karyanya dipuji oleh desainer ternama Samuel Wattimena yang menjadi juri tunggal pada acara tersebut. “Karyanya detail, jahitan dan polanya bagus, sudah seperti desainer profesional,” ujar Bung Sam saat mengomentari desain rancangan Siswati.

Kini, Siswati sudah mantap menekuni pekerjaan sebagai desainer dan membuat rumah mode dengan nama Ciz Collection.

Cerita serupa juga disampaikan Zul, asal Desa Serang, Karangreja. Meski harus bolak balik ke kota yang berjarak 30-an km, kelelahan Zul terbayar tuntas saat menyaksikan karyanya ditampilkan pada panggung catwalk yang cukup megah. “Cape saya hilang berganti dengan kegembiraan,” ujarnya.

Seperi Lia dan Siswati, kini Zul pun menekuni desainer dan mendirikan Griya Jahit Mr Z di desanya.

Tak hanya desainer, cerita haru juga tergores dari Ibu Ropingatun pembatik asal Desa Tlagayasa, Kecamatan Bobotsari. Nenek berusia 66 tahun tak kuasa menahan rasa harunya ketika melihat batiknya dirancang dan menjad busana indah yang ditampilkan pada panggung megah. Ia pun bangga meski harus canggung ketika naik keatas panggung.

“Seumur hidup baru kali ini saya naik panggung seperti itu, malu tapi kepengin lagi,” ujarnya sambil tersipu.


Khomsiah, pembatik dari Desa Galuh pun merasakan hal yang serupa. Ia tak menyangka batik karyanya jadi indah sedemikian rupa ketika ditampilkan menjadi busana kasual yang ditampilkan para model dadakan. “Saya kira batiknya biasa saja, tapi ketika di desain jadi bagus ya, saya bangga apalagi harus naik panggung kaya begitu,” katanya.

Lenggak-Lenggok Batik Purbalingga memang acara yang dirancang untuk menampilkan kolaborasi hasil karya pembatik dan desainer lokal. Ada 16 desainer lokal yang membuat 200 lebih baju yg ditampilkan oleh para pegawai OPD dan BUMD, Forkompinda. Bupati Purbalingga Ibu Dyah Hayuning Pratiwi dan Ketua Dekranasda Bapak Rizal Diansyah beserta putrinya Namira juga tampil ikut berlenggak-lenggok memeragakan busana batik casual cantik.

Pembatik dan desainer juga mendapatkan manfaat langsung dari pagelaran tersebut. Sekitar 200 lebih lembar batik dari 14 sentra batik di Purbalingga diolah oleh desainer kemudian dibeli oleh OPD/BUMD. Para pembatik - desainer lokal mendapatkan tempat terhormat dan karyanya dibeli dan diapresiasi. Masyarakat tumpah ruah menyaksikan karya-karya mereka yang ditampilkan dalam balutan fashion show yang dikemas atraktif dan menawan.

Samuel Wattimena yang menjadi juri tunggal pada ajang tersebut mengaku kagum dengan hasil karya para pembatik dan desainer Purbalingga. “Batiknya sudah cukup bagus, desainnya pun sudah baik. Saya pikir dengan dorongan pemerintah yang bersemangat Batik dan Desainer Purbalingga bisa naik ke level yang lebih tinggi,” katanya.

Tak cukup dengan Lenggak-Lenggok Batik Purbalingga yang digelar di Usman Janatin Citu Park, pagelaran batik berlanjut sehari sesudahnya. Adalah acara bertajuk “Batik In The Cave, Amazing Golaga!” yang memadukan pertujukan seni, fashion show dan eksotisme Gua Lawa, destinasi wisata unggulan Purbalingga di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja. Ada seni tari, musik tradisi, fashion show yang berpadu dengan eksotisme gua.


Acara ini bertujuan untuk mempromosikan batik, seni budaya sekaligus wisata Purbalingga sekaligus kepada khalayak ramai. Pada acara ini ada 34 model lokal dan 12 desainer lokal yang terlibat dibawah arahan Tim Samuel Wattimena yang tentu saja memberikan sentuhan fashion show rasa nasional bahkan internasional.

Sasarannya utama cara ini, kita lebih ingin memperkenalkan batik, seni budaya dan pariwisata Purbalingga kepada masyarakat luar. Oleh karena itu, tamu undangan yg hadir ada anggota DPR RI, pejabat pusat dari kementerian, BUMN seperti Angkasa Pura, PT KAI dan lainya, pejabat propinsi, bupati daerah tetangga, pengusaha PMA dan juga ada turis asing dari Belanda, Jerman, Thailand dan China. Sesi pertama kita khususkan untuk mereka, setelah itu acara tersebut juga terbuka untuk umum. Ada keluarga pembatik, desainer dan masyatakat luas bisa menyaksikan aksi para model jelita mengenakan busana indah batik Purbalingga dalam eksotisme goa lawa.

Audiens sangat terkesan dengan acara tersebut. Baru pertama kali di Indonesia ada fashion show dipadu pertunjukan seni dalam goa. Saya coba googling juga belum ada acara serupa di dunia. Bisa jadi ini pertama kali di dunia.

“Sangat unik dan menariik, baru pertama saya menyaksikan acara seperti ini dalam gua,” ujar Carl, wisatawan asal Jerman.

“Siap-siap menerima ombak besar wisatawan ke Purbalingga,” ujar Ferry, seorang DJ asal Jakarta.

“Luar biasa, acaranya sangat menarik,” ujar Anggota DPR RI Rofik Hananto memberikan testimoni.

Firda Uni Widhi Astuti, salah seorang model yang ikut dalam fashion show tersebut mengaku sangat bangga dan terharu. Ada juga Risna Mugi Rahayu, Arifah Nisrina, Ani Susiningtyas, Cikal Agesa Putri dan puluhan lainnya juga berpendapat sama.

“Seneng banget om, capenya ilang semua, bangga deh dengan Purbalingga. Semoga Purbalingga makin memikat,” ujarnya.


Tak hanya kedua acara tersebut, hari batik Purbalingga digelar tak hanya untuk memberdayakan pengrajin batik. Akan tetapi juga melibatkan desainer, model, crafter, kakang mbekayu, pelaku wisata sekaligus. Ada Lomba Design Batik Khas Purbalingga. Lomba ini terbagi tiga kategori, SD/SLTP, SLTA dan Mahasiswa/Umum. Tema yang kita angkat : Pesona Gunung Slamet. Pada periode pengiriman ada 150 karya yg masuk. Hasil karya warga Purbalingga itu dipamerkan di Hall Usman Janatin City Park dan banyak pujian karya-karya desain mereka bagus-bagus. Output dari kegiatan ini, karya desain mereka akan menjadi motif batik khas yang diproduksi oleh para pembatik Purbalingga.

Kemudian ada pameran batik luar daerah dan batik koleksi Museum Sugarda Purbakawatca. Acara yg digelar di Hall Usman Janatin City Park ini menampilkan 50 koleksi batik dari Ibu Notty J Mahdi, Antropolog UI Sekaligus peneliti batik nasional. Beliau juga mengajar Wastra Indonesian di Instituto Burgo Milan. Tak hanya memamerkan koleksinya, Ibu Notty juga berbagi ilmu dan pengalamannya dalam mengembangkan batik dengan para pembatik, desainer dan siswa SMK tata busana yang kita kemas dalam Bincang Batik dengan moderator Mas Arif Nugroho dari Eljati. Pada Bincang Batik hadir pula Samuel Wattimena perancang busana terkemuka membagikan ilmunya untuk pengembangan batik dan turunannya. Tujuannya, membuka cakrawala pengetahuan bagi pembatik, desainer dan generasi muda dalan hal ini siswa SMK Tata Busana untuk mengembangkan batik Purbalingga.

Ada juga Gelar Produk Batik Purbalingga. Kegiatan ini menampilkan karya 14 sentra batik di Purbalingga, yaitu, Galuh, Selabaya, Gambarsari, Limbasari, Karangtalun, Tlagayasa, Mewek, Pakuncen, Tlahab Lor dan Kidul, Dagan, Cipaku, Metenggeng dan Majapura. Ke 14 Sentra Batik itu memiliki 400 an pengrajin yang berhimpun dalam Forum Pengrajin Batik Purbalingga. Gelar produk ini merupakan ajang unjuk gigi sentra batik yang ternyata karya-karyanya luar biasa. Tak lupa ada rumah mode, craft dan aksesoris yang turut tampil pada gelar produk.

Semua upaya ini merupakan ikhtiar untuk mempromosikan Purbalingga menuju pentas nasional, bahkan internasional. Singkat kata, acara Hari Batik Purbalingga kali ini dikemas beda dalam rangka melibatkan langsung dan penuh para pembatik, desainer juga model lokal Purbalingga. Acara ini merupakan ajang bagu mereka unjuk gigi. Tak lupa ini juga sarana untuk mempromosikan wisata Purbalingga.

Mari bergerak bersama dan saling mendukung untuk Purbalingga kita. Semoga kedepan Purbalingga makin maju, mandiri dan berdaya saing.

Jauh Melihat
Datang Mendekat
Hati Tertambat
Purbalingga Memikat

---

*Foto-foto hasil jepretan Dinkominfo dan Capture Medsos.


igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

0 Response to "Hari Batik Purbalingga dan Mimpi yang Jadi Nyata"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel