Wong Kejobong Sing Digawa Landa Maring Suriname

Orang Jawa Bekerja di Perkebunan Tebu di Suriname, 1930 (Dok : KTLV/Tirto)
Sejak saya mempublikasikan artikel Orang Purbalingga di Suriname, banyak request untuk mencarikan data warga ‘Bumi Perwira’ yang dibawa Belanda ke negara itu. Orang Jawa memang banyak dibawa ke salah satu negara jajahan Belanda yang berbatasan langsung dengan Brazil itu.

Negeri itu beriklim tropis dengan tanahnya subur, namun penduduknya sedikit sehingga membutuhkan banyak pekerja untuk diolah tanahnya dengan komoditas komersial yang dijual ke pasar Eropa. Oleh karena itu, Belanda medatangkan pekerja dari negara jajahanya yang lain, Hindia Belanda.

Sejak dulu, tanah nusantara, khususnya Pulau Jawa memang sudah banyak penduduk rupanya sehingga ‘tenaga kerja’ melimpah. Belanda pun mulai mengirim orang-orang Jawa ke Suriname sejak 1890 dan berlangsung 40 tahun sampai 1930.

Puluhan ribu orang Jawa menjadi pekerja kontrak disana, termasuk warga Purbalingga. Pada laman Nationaal Archief alias Arsip Nasional Belanda bertajuk Suriname : Contractarbeiders uit Java tercatat ada 565 orang yang berasal dari Afdeling (Kabupaten) Poerbolinggo.

Data Belanda memang keren. Lengkap banget. Apalagi untuk tahun itu ya. Sebanyak 565 orang itu datanya detail, ada fotonya pula. Plus, ciri fisiknya disebutkan, misalkan, ada bekas luka di dada, mukanya bopeng, ada kutilnya di leher, itu ditulis lho...

Nih, informasi yang tercantum tentang data pekerja kontrak dari Jawa di Suriname itu mulai dari nama, umur, tinggi badan, ciri fisik, agama, alamat (Gewest / Karesidenan, Afdeling / Kabupaten, District / Kecamatan sampai Dorp / Desa), berangkat pakai kapal apa, dari pelabuhan mana, yang bawa siapa (semacam agen tenaga kerja), kapan berangkat. Kemudian, sampai di Suriname kapan, pelabuhannya apa, dipekerjakan dimana, bekerja mulai kapan, nomor kontrak kerja, kapan mulai dibayar, terima premi, kalau meninggal juga tercatat dan keterangan setelah kontrak usai mereka bagaimana di sana.

Saya sebenarnya ingin merekap data dan men-download fotonya semua pekerja kontrak asal Purbalingga di Suriname yang ada di Nationaal Archief. Akan tetapi butuh tenaga dan waktu yang ekstra.. hehe. Ada yang minat bantu??

Kali ini saya penuhi request warga kampung saya dulu ya. Berikut ini adalah warga dari Kecamatan Kejobong (saat ini terbagi dalam 13 desa) yang dibawa Belanda ke Suriname.

Desa Kedjobong

Btw, dulu Kejobong alias Kedjobong belum kecamatan, masih desa. District-nya masih ikut Boekatedja atau kadang Tjahjana. Ada lima orang Kedjobong yang dibawa ke Suriname.

Pertama ada Karnadi alias Saproel, lelaki bertinggi 154, berumur 27 tahun dan berciri fisik ada luka di dagunya / litteken kin. Ia dibawa ke Suriname pada 7-5-1928 dengan Kapal Sembilan dari Batavia ke Paramaribo. Mas Saproel dibawa oleh Samson E.G dan mulai bekerja pada 21-6-1928 di Broederschap (Saramacca).
Ia tercatat tidak kembali ke Kedjobong dan memilih tinggal di Suriname dan pada 7/3/55 ditetapkan namanya Sapool Karnadi.

Kedua ada Kartawidjaja alas Kardi, lelaki, tingginya 159 cm, dibawa saat berumur 24 tahun dan ciri fisiknya pigm wrat hals, ada kutil di lehernya. Busyeet, Belanda sampai kutil saja dicatet.. hihi.
Kardi berangkat pada 30-6-1928 dengan kapal Merauke II (Batavia-Paramaribo). Ia dibawa oleh Brunings E.A., beheerder dan mulai bekerja pada 18-8-1928 di perkebunan Rust en Werk. Kardi juga tak kembali dan beranak pinak di Suriname. Nama resmi dalam cacatan sipil Suriname pada 28 april 1955 adalah Kardi Kartowidjojo.

Ketiga ada Saban, lelaki bertiinggi 163 cm, umur 20 saat dibawa dengan ciri fisik sudut kanan mata / rechter ooghoek.  Ia berangkat pada 22-8-1928 dengan kapal Simaloer II (Batavia-Paramaribo) dibawa oleh Bueno de Mesquita, J.J. Mas Saban bekerja mulai 7-10-1928 di perkebunan Berlijn (Ben Comm). 
Ia juga tak kembali dan memlih nama Saban Kartoredjo pada 19/8/1954 dan menikah dengan Warsinah.

Berikutnya, keempat ada Simin, bertinggi 150 cm dengan bekas luka di lengan sebelah kiri. Simin ini masih muda banget saat dibawa, 16 tahun! Ia dibawa pada 30-3-1929 dengan Kapal Djambi (Batavia – Paramaribo) oleh Ahrens H beheerder. Bro Simin mulai bekerja 9-5-1929 di Perkebunan Waterland.

Ia tercatat dikembalikan ke Jawa pada 23-9-1947. Namun tak jelas berikutnya apakah kembali ke Kejobong atau ke tempat yang lain. Simin ini juga tidak ada fotonya.

Lalu, yang kelima ada Slamet, tinggi 147 cm, ciri fisik ada pigmen di pipi kiri / pigmvl linkerwang. Ia berusia 18 tahun saat berangkat dari Batavia ke Paramaribo via Kapal Madioen IV dibawa oleh Ned. Handel. Mij. Mas Slamet mulai kerja 24-9-1927 di perkebunan perkebunan Dordrecht & Peperpot.
Slamet ini rupanya tak seusai dengan namanya. Ia pernah dihukum oleh pemerintahan kolonial pada 23/12/1931 karena didakwa melakukan pelecehan yang serius. Slamet dipenjara dua tahun. Ia kemudian meninggal pada 20-5-1954 dan dimakamkan di Paramaribo.

Desa Langgar

Nah, ini warga desa kelahiran saya nih, Langgar. Ada dua orang yang dibawa ke Suriname, salah satunya perempuan.

Pertama ada Bok Karjasemita alias Ginem, perempuan setinggi 144 cm dengan ciri ada bekas luka dipipi kanan / litteken op de rechter wang. Ginem masih tergolong muda saat dibawa, 19 tahun. Ia dibawa pada 7-5-1928 via Kapal Sembilan (Batavia-Paramaribo) oleh Meiners J.D. beheerder pl Nw Grond. Mbak Ginem ini mulai bekerja pada 21-6-1928 di Perkebunan Nieuw Grond (Ben.Commewijne).
Ginem tidak pulang ke Langgar. Ia memilih tinggal disana namanya ditetapkan Ginem Karjasemita pada 31-10-1974.

Warga langgar yang kedua ada Madkatip alias Rikoen, lelaki bertinggi 147 cm. Ia berumur 27 tahun saat dibawa dari Tandjong Priok ke Paramaribo via Kapal Madioen II pada 15-7-1922 oleh Shields, A, beheerder. Mas Rikoen mulai bekerja pada 26-8-1922 di perkebunan Alliance (Cottica)
Ia juga tdak kembali dan memilih tinggal di Suriname dengan nama yang ditetapkan Madkatip Rikoen pada 10-8-1956.

Langgare ngendi aku ya urung ngerti. Langgar amba. Aku takon maring bapake inyong ya urung ngerti.

Desa Krentjeng

Ada dua orang dari desa ini. Pertama ada Amatiljas alias 156 cm, umur 26 tahun. Ia dibawa dari Batavia – Paramaribo via Kapal Kangean pada 6-6-1927 oleh De Firma C. Kersten & Co Beheerster. Amatiljas mulai kerja pada 18-7-1927 di perkebunan Peperpot & Dordrecht. Amatiljas tercatat tidak kembali.
Kedua, dibawah ini ada warga Krenceng lainya bernama Jasan, lelaki bertinggi 152 cm yang cirinya di dadanya ada noda pigmen / Pigm.vlek borst. Ia baru sweet seventen alias 17 tahun saat dibawa dari Batavia – Paramaribo pada 6-6-1927 via Kapal Kangean oleh Fernandes A Beherder. Jasan mulai bekerja di Perkebunan Marienbosch pada 18-7-1927.
Jasan ini tercatat kembali ke Jawa pada 28-5-1936 dengan Kapal Kota Gede. Entah dia kembali atau tidak ke Krenceng.

Desa Pandansari

Desa berikutnya di wilayah Kejobong yang warganya dibawa ke Suriname ada Desa Pandansari. Ada satu orang yang dibawa, namanya Djamir bertinggi 153 cm yang ada sedikit luka di pipi kananya. Ia berumur 26 tahun saat dibawa dari Batavia ke Paramaribo pada 7-5-1928 dengan Kapal Sembilan oleh Vervuurt R.J. jr, beheerder.
Mas Djamir bekerja mulai bekerja pada 21-6-1928 di Perkebunan Alliance. Naas bagi wong Pandansari ini, baru tiga bulan bekerja kemudian meninggal pada 20-9-1928.

Desa Kedarpan

Ada seorang pria bernama Sadikarja alias Mingan, 30 tahun. Ia terdata berasal dari Desa Kedarepan, Distcrict Tjahjana. Kedarepan yang dimaksud besar kemungkinan dalah Kedarpan yang saat ini sebuah desa di Kecamatan Kejobong. Mingan bertinggi badan 162 cm dengan ciri fisik ada pigmen vlek di dahinya.
Ia diberangkatkan via Batavia ke Paramaribo pada 30-6-1928 dengan Kapal Merauke II oleh agen van Brunings E.A., beheerder. Mingan dikotrak di Perkebunan Rust en Werk dengan kodek AF904 mulai 18-8-1928. Ia tak kembali ke tanah kelahiranya dan meneruskan hidupnya di Suriname. Pada kolom k
eterangan keluarganya tertulis ‘heeft geen vrouw’ yang artinya tidak memiliki istri.

Catatan : Tjahjana seringkali tercatat sebagai nama district oleh Belanda. Wilayahnya meliputi Kecamatan Karangmoncol, Rembang, Kejobong dan Pengadegan sekarang. Sepertinya ada perubahan penamaan district pada periode 1890 – 1930 sebab terkadang wilayah Kecamatan Kejobong dan Pengadegan saat ini ada juga tercatat masuk di District Boekatedja dan wilayah Karangmoncol dan Rembang masuk District Bobotsari.

Desa Bandingan

Ada empat orang dari Desa Bandingan yang dibawa ke Suriname. Pertama, seorang perempuan bernama Bok Mawikromo alias Salimah. 25 tahun. Ia terdata berasal dari District Boekatedja, Desa / Dorp Bandingan. Perempuan bertinggi 150 cm itu berciri fisik ada pigmentasi di dadanya. Salimah dibawa lewat Tandjong Priok pada 12-4-1926 dengan Kapal Sitoebondo II oleh agen N.V. Nickerie Sugar Estate & Co. Ltd.
Ia dikontrak di perkebunan Waterloo & Hazard dengan kode AD560 mulai 24-5-1926. Salimah tak pulang dan pada catatan sipil 2-9-1978
 menetapkan nama keluarganya Mawikromo. Jadilah namanya Salimah Mawikromo.

Masih di desa yang sama dengan Salimah, ada Bok Satem alias Satem. Ia diberangkatkan setahun setelah Salimah pada 15-8-1927 dengan Kapal Madioen IV via Batavia. Satem tercatat berasal dari Desa Bandingan namun district-nya berbeda yaitu Poerbolinggo. Satem bertinggi badan 145 cm dengan ciri ada pigmen vlek di leher sisi kiri. Ia masih abege saat dibawa ke Suriname, yaitu, 18 tahun.
Satem dipekerjakan di Perkebunan Marienburg & Zoelen dengan kode AE1685 mulai 24-9-1927. Satem meninggal di Suriname pada 21-8-1941. Ia berkeluarga disana dan dikaruniai keturunan 3 anak laki laki yatu Sardjono lahir 3/10/1931 di Marienburg, Sardjo yang lahir 14/4/1935 di Alkmaar dan Sarmid yang lahir tahun 1937.

Berikutnya ada pria bernama Jasadi alias Sisoep, 25 tahun. Ia bertinggi badan 151 cm dengan ciri ada noda pigmen di lehernya. Jasadi dibawa pada 7-5-1928 dengan Kapal Sembilan oleh agen J v/d Bergh Beheerder. Ia terdata berasal dari Desa Bandingan, Distrtict Tjahjana. Jasadi dikontrak di Perkebunan Sorgvliet, Leliendaal & Visserszorg dengan kode AF182 mulai 21-6-1928.
Kemudian ada lelaki bernama Karjamenawi alias Sanoe, 26 tahun. Ia terdata dari Desa Bandingan, district-nya Boekatedja. Sanoe bertinggi badan 157 cm. Ia dibawa lewat Batavia pada 30-3-1929 dengan Kapal Djambi oleh Brunings E.A., beheerder. Sanoe dipekerjakan di Perkebunan Johannesburg (Ben Comm.) dengan kode AG355 mulai 9-5-1929. Sanoe tak pulang ke Bandingan dan meneruskan hidupnya di Suriname.
Catatan : Meski sama-sama terdata berasal dari Desa Bandingan, mereka berempat district-nya berbeda. Salimah dan Sanoe dari Boekatedja, Satem dari Poerbolinggo dan Jasadi dari Tjahjana. Kemungkinan mereka berasal dari daerah yang berlainan, sebab, ada beberapa wilayah yang bernama Bandingan di Purbalingga.

Desa Timbang

Kiye desane mbahku. Ada dua orang yang terdata dibawa Belanda ke Suriname dari Desa Timbang. Pertama ada perempuan bernama Bok Kartaredja alias Koemirah. Ia bertinggi badan 142 cm berciri fisik pigmen vlek di pangkal hidungnya. Koemirah dibawa saat masih ABG, 18 tahun. Ia dibawa via Batavia pada 7-5-1928 dengan Kapal Sembilan oleh Agen Samson E.G.
Koemirah yang berasal dari Desa Timbang, Distrik Tjahjana dikontrak di perkebunan Dankbaarheid dengan kode AF4 mulai 21-6-1928. Ia tak kembali dan berkeluarga di Suriname dengan pria bernama Sanrakmad.

Kedua, perempuan bernama Bok Sanmoerdji alias Sarminah, 21 tahun. Ia bertinggi badan 146 cm dengan ada noda pigmen di pipinya. Sarminah dibawa lewat Batavia pada 2-8-1923 dengan Kapal Chenab
Ia dikontrak di perkebunan Slootwijk dengan kode ZZ67 mulai 16-9-1923. Sarminah meninggal tak sampai setahun di Suriname yaitu pada 13-5-1924.

Catatan : Meski sama-sama Desa Timbang, district-nya berbeda. Koemirah dari Tjahjana sedangkan Sarminah dari Poerbolinggo. Kemungkinan Koemirah dari Desa Timbang yang saat ini ada di Kecamatan kejobong dan Sarminah dari grumbul Timbang yang ada di Kecamatan Purbalingga kini.

Kayakue luur, data karo seperthil kisaeh warga Purbalingga, khususe wong Desa Kedjobong, Langgar, Krentjeng, Pandansari, Kedarpan, Bandingan, Timbang sing digawa Belanda maring Suriname... Mbok ana sedulure rika kue lur.... Sing sekang Desa Lamuk (Kasim karo Karwan) lan Gumiwang (Bangsawikrama) wis ditulis nang artikel pertama

Sumber Tulisan dan Foto :
Javaanse Contractarbeiders in Suriname 1890-1930, Nationaal Archief, Belanda

igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

2 Responses to "Wong Kejobong Sing Digawa Landa Maring Suriname"

Unknown said...

Aku pernah krja di suriname , paramaribo tahun 2018.. Sayang gk ktmu turunan org purbalingga .. Rata'' org jawa timuran .. Suka blg nya arek arek , budal , muleh kya gtuan

igo saputra said...

jajal dijek ngomong ngapak

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel