Sejarah Tembakau Purbalingga (1) : Tumbuh di ‘Bumi Perwira’, Dijual ke Pasar Eropa

Stasiun Kandanggampang, Tampak di Belakangnya ada Gudang Tembakau/Tabaaklodsen ( Sumber : Galeri Foto Purbalingga Tempo Dulu di purbalinggaperwira2011.blogspot.com)
Kabupaten Purbalingga memiliki sejarah panjang mengenai industri tembakau. Sejak era kolonial, Belanda sudah membawa ‘daun-daun surga’ yang tumbuh di ‘Bumi Perwira’ melanglangbuana ke Pasar Eropa.

Tentunya kualitas tembakau di pasar internasional hanya yang jempolan dong. Nah, Purbalingga dulu memiliki itu. Tembakaunya untuk bahan baku cerutu, rokok highclass kaum borjuis Eropa.

“Ah masa sih?”
“Eh, ndak percaya, sini Om kasih tempe, eh, tahu..”

Ini dia ceritanya, serr...

Informasi valid mengenai kejayaan tembakau Purbalingga bisa ditelusuri dari sejumput data yang dihimpun dari J. H. Lieftinck & Zoon (1906) dalam De Tabakplantages op Sumatra, Java en Borneo. Pada catatan mereka, ada 4 pengusaha perkebunan tembakau di Karesidenan Banyumas.

Mereka adalah Cultuur Matschappij Patik Radja Poerwokerto yang dipimpin oleh N. Korndörffer. Tembakaunya diberi kode/merek SK, VA, OWM, JK. Kemudian ada De Erven de wed J. van Nelle dari Poerbolinggo dan Bobotsari yang dipimpin seorang Administrateur yang bernama Hendrik Burgmans yang menghasilkan tembakau berkode Poerbolinggo / VDL / Eigen Aanplant, Poerbolinggo / VDL, Poerbolinggo / AB, HB.

Berikutnya ada Mulder Redeker & Co yang berpusat di Kandanggampang, Poerbolinggo dibawah kepemimpinan C. J. Quist. Mereka menjual tembakau yang diberi kode merek RH / Banjoemas, RH / K / Banjoemas. Lalu ada Landbouw Maatschappij Soekaradja Banjoemas di bawah kepemimpinan N.M.L. Lange yang tembakaunya berkode KT / Soekaradja / Banjoemas. Krosok / KGS / Soekaradja / Banjoemas, Berkat / Soekaradja Banjoemas, KMS / Bobotsarie / HB dan Krosok / KMS / Poerbalingga / Banjoemas.

Produk dari perusahaan tembakau yang beroperasi di wilayah Karesidenan Banyumas tersebut, tentu di dalamnya ada Purbalingga, dijual ke pasar Eropa melalui Amsterdam dan Rotterdam.

Kira-kira produksi tembakau kita banyak tidak ya? 
Coba kita hitung, berapa produktivitas tembakau Purbalingga kala itu..

Datanya kita ambil dari Tabak Overzicht Van Den Import-Handel In Nederland 1905 yang merekap produktivitas tembakau yang ditanam 1904 di Karesidenan Banyumas. Data produksinya tembakau Karesidenan Banyumas sebanyak 2495 pakken dikirim ke Amsterdam dan 4107 pakken dikirim ke Rotterdam..

Kemudian, dari 2495 pakken tembakau yang dikirim ke Amsterdam, terbagi diantaranya : 393 pakken berupa Tabakblad dari merek dagang RH/Banjoemas, perusahaan Mulder Redeker & Co Kandanggampang, 285 pakken berupa Tabakblad dari merek dagang KT/Soekaradja, perusahaan Landbouw Maatschappij “Soekaradja”, 886 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang krosok/KGS/Soekaradja Banjoemas, perusahaan Landbouw Maatschappij “Soekaradja”, 100 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang Krosok/KMS/Poerba Lingga banjoemas, perusahaan Landbouw Maatschappij “Soekaradja” dan 832 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang RHK/Banjoemas, perusahaan Mulder Redeker & Co, Kandanggampang

Lalu, dari 4107 pakken tembakau yang dijual ke Rotterdam, terbagi diantaranya : 909 pakken berupa Tabakblad dari merek dagang SK, perusahaan Cultuur Matschappij ‘Patik Radja’ dari Poerwokerto, 409 pakken berupa Tabakblad dari merek dagang Poerbolinggo/VDL/Eigen Aanplant, perusahaan De Erven de wed J. van Nelle dari Poerbolinggo, 72 pakken berupa Tabakblad dari merek dagang Poerbolinggo/VDL, perusahaan De Erven de wed J. van Nelle dari Poerbolinggo, 14 pakken berupa Tabakblad dari merek dagang Poerbolinggo/AB, perusahaan De Erven de wed J. van Nelle dari Poerbolinggo, 564 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang VA, perusahaan Cultuur Matschappij ‘Patik Radja’ dari Poerwokerto, 88 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang VA, perusahaan Cultuur Matschappij ‘Patik Radja’ dari Poerwokerto, 1286 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang VA, perusahaan Cultuur Matschappij ‘Patik Radja’ dari Poerwokerto dan 765 pakken berupa tembakau Krossok dari merek dagang HB, perusahaan De Erven de wed J. van Nelle dari Poerbolinggo

Berdasarkan data sampel tersebut, perusahaan yang ada di Purbalingga turut andil sebesar 2485 pakken atau 37% dari total tembakau yang dikirim dari seluruh Karesidenan Banyumas. Andil tersebut tidak lain adalah peran dari perusahaan De Erven de wed J. van Nelle dari Poerbolinggo dan Mulder Redeker & Co, Kandanggampang.

Lalu, bagaimana profil kedua perusahaan tembakau itu?
Ahai.. Ini dia...

Kandang Gampang Mulder Redeker & Co

Perusahaan itu didirikan oleh seorang bernama C. J Quist. Ia semula bekerja sebagai tenaga ahli di Perusahaan Tembakau ‘Soekowono’ di Bondowoso sejak Mei 1896. Empat tahun kemudian, Juli 1900, Meneer Quist meninggalkan Bondowoso untuk mendirikan perusahaan pengolahan tembakau sendiri.
Setelah melakukan berbagai kajian, Ia memilih lokasi di Karesidenan Banjoemas, tepatnya di Poerbalingga. Perusahaan itu diberi nama Mulder, Redeker & Co. Pusatnya ada di wilayah Kandang Gampang maka dikenal dengan Kandang Gampang Mulder Redeker & Co.

Saat mendirikan perusahaan itu, usianya masih sangat muda, 24 tahun. Quist kemudian mengembangkan perusahaanya dengan sangat baik. Selama 19 tahun Ia terus memegang tampuk pimpinan di perusahaan ini.

Namanya usaha, tak lepas dari pasang surut. Badai datang menerpa perusahaannya karena mitra bisnisnya yakni Soerabaia Handel & Cultuur Matschappij bangkrut yang berimbas ke perusahaannya. Oleh karena itu, dengan berat hati Ia menjual perusahaannya kepada perusahaan yang berbasis di Amsterdam bernama De Tabaks Export en Import Co pada 1922.

Ia masih dipekerjakan perusahaan yang kemudian berganti nama menjadi N.V. Tabak Export - Import Co sampai 1929. Setelah itu Quist diketahui berpindah ke Malang. Kemudian. berdasarkan catatan dalam Cultuur-Adresboek voor Indie 1937, perusahaan ini pada tahun tersebut dipegang seorang pimpinan yang baru bernama G. J. Den Hartog.

De Erven de Wed. J. van Nelle

Perusahan agribisnis ini berbasis di Rotterdam yang didirikan pada 1782 oleh Johannes van Nelle. Setelah Johannes van Nelle meninggal pada 1811, Istrinya Henrica melanjutkan usahanya. Ia juga meninggal pada 1813 kemudian dilanjutkan putranya Johannes van Nelle Jr. dan saudara iparnya Abraham Goedkoop. Setelah kematian Johannes van Nelle Jr pada 19937 perusahaan itu diakuisisi keluarga Van der Leeuw.

Jacobus Johannes van der Leeuw kemudian melakukan ekspansi perusahaan dan menjalin kontak dagang di seluruh dunia. Produknya tak hanya tembakau melainkan juga kopi, teh dan kina.
Iklan Tembakau Van Nelle
Van Nelle kemudian mendirikan perkebunannya sendiri di Hindia Belanda dan berkembang semakin pesat. Perusahaan ini dikenal memiliki terobosan marketing yang unik dan menarik yaitu dengan iklan yang menarik. 
Pabrik Van Nelle di Rotterdam (Sumber : wikipedia)
Salah satu bukti kejayaan Van Nelle adalah bangunan kantor pusatnya yang megadi di Overschie, Rotterdam. Kantor dan pabrik yang dibangun pada 1916 itu diarsiteki oleh J.A. Brinkman dan L.C. van der Vlugt di bawah kepemimpinan Cees van der Leeuw. Saat ini bangunan pabrik tersebut telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO.

Van Nelle pun berkembang menjadi perusahaan agribisnis multinasional dari yang produknya berasal dari Hindia-Belanda, Purbalingga salah satunya. Tak hanya dijual di pasar eropa, produknya juga dijual untuk melayani kebutuhan orang-orang eropa di Hindia Belanda. Salah satunya toko Van Nelle di Semarang yang ada dibawah ini. 
Toko Tembakau Van Nelle di Semarang ( sumber : bartellegallery.com)
Nah, Perkebunan Tembakau De Erven de Wed. J. van Nelle  salah satunya ada di Purbalingga. Mereka mengurus mulai dari pembibitan, penanaman, pemanenan, pengeringan, penyortiran hingga mengirim tembakaunya dalam satuan pakken/bals ke Rotterdam.

Salah satu pimpinan yang pernah tinggal di Purbalingga yakni, Hendrik Burgmans . Ia bahkan meninggal di kota ini dan dikebumikan di Kerkop Purbalingga Jalan Letjend. S. Parman, Kelurahan Kedungmenjangan. ( Cerita mengenai Kerkop Purbalingga bisa dibaca di sini )

Kaya kue lurr.. cerita sejarah mbako Purbalingga....Lanjut maning mengko yaa...

Bersambung..

Sumber :
Buku Tembakau di Purbalingga : Sejarah dan Perkembangannya (2019)

Ini bukunya, saya salah satu penulisnya bersama Mas Agus Sukoco, Mas Ganda Kurniawan, Mas Abdul Azis Rasjid dan Mbak Anita Ika Cahyani.. .seerr.. (Dok pribadi)
Notes :
Foto Stasiun Poerbolinggo yang dulunya berada di Kandanggampang sehingga tekenal dengan Stasiun Kandanggampang ada dua. Satu bersumber dari situs wereldculturen.nl dan satu dari Galeri Foto Purbalingga Tempo Dulu di purbalinggaperwira2011.blogspot.com.


Pada ejaan jaman dulu, Purbalingga ditulis Poerbolinggo atau Poerbalinggo yang sering keliru dengan Probolinggo, Jawa Timur. Foto yang dari wereldculturen pada sumber lain disebutkan berasal dari Bandjarsari, Poerbolinggo. Untuk di Purbalingga tidak ada wilayah kota yang bernama Banjarsari sehingga lebih kuat foto yang berasal dari galeri Foto Purbalingga Tempo Dulu yang merupakan Stasiun Kandanggampang.

Terimakasih
igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

0 Response to "Sejarah Tembakau Purbalingga (1) : Tumbuh di ‘Bumi Perwira’, Dijual ke Pasar Eropa"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel