Hujan Kanon di Gunung Wuled

Seri Cerita Perang Kemerdekaan di Purbalingga
Ilustrasi Perang Kemerdekaan (Dok : Pinterest)
Gunung Wuled adalah sebuah desa di tepian timur laut Purbalingga yang berbatasan dengan Banjarnegara. Pada masa perang Kemerdekaan, 1945-1949, desa tersebut memiliki peran cukup vital bagi pejuang republik.

Desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rembang itu menjadi markas pejuang dan tempat pengungsian penduduk. Lokasi cukup ideal karena relatif tersembunyi, konturnya yang berbukit-bukit dan aksesnya susah dijangkau Belanda. Selain itu, Gunung Wuled juga sebagai jalur penting bagi pejuang yang menghubungkan antara Purbalingga dan Banjarnegara.

Peta Satelit Desa Gunung Wuled dan Sekitarnya, Tampak Dikelilingi Perbukitan (Google Map)
Sebagai catatan, seusai Perjanjian Renvile ditetapkan garis demarkasi Van Mook yang membagi wilayah Belanda dan Republik. Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah adalah wilayah Belanda, Purbalingga berada ditengah-tengah dan Banjarnegara yang berada di sebelah timurnya sudah merupakan wilayah Republik.

Selain itu, di Gunung wuled juga dibentuk Pusat Perbekalan Bahan Makanan (PPBM) guna mencukupi kebutuhan makanan gerilyawan dan pengungsi. PPBM diketuai oleh Maksoem Hardjoprajitno, seorang pengungsi dari Kota Purbalingga. Sebagai gudang penyimpanan digunakan rumah kepala desa setempat bernama Kertayuda.

Selain bantuan masyarakat setempat, bahan makanan juga didatangkan dari Banjarnegara. Gudang bahan makanan juga sekaligus berfungsi sebagai dapur umum. Pada saat waktu makan, gerilyawan, pengungsi dan penduduk setempat sama-sama antri untuk diberikan jatah ransum.

Hujan Kanon
Meriam Kanon (Dok : Google Images)
Aktivitas pejuang di Gunung Wuled tercium telik sandi Belanda. Mereka pun menggempur wilayah itu. Namun, karena susah dijangkau pasukan infanteri, gempuran dilakukan dengan meriam kanon dan serangan udara.

Selasa pahing, akhir tahun 1947, saat mentari baru beranjak naik, Gunung Wuled dihujani kanon Belanda. Kanonade yang dilepas dari Desa Pengadegan (saat itu masuk Kecamatan Kejobong) berlangsung kurang lebih 3 jam sampai dengan lepas waktu Dhuhur (sekitar pukul 13.00 WIB).

BOMMM....BLARRR...DUARRR... 

Gunung Wuled hancur lebur. Jerit tangis kepanikan bersahutan. Ratusan rumah ambruk. Pohon-pohon tumbang. Ternak besar dan kecil bergelimpangan. Dahsyatnya pengeboman Belanda digambarkan sampai pohon pisang saja berubah seperti sabut.

Ilustrasi Ledakan (Dok : Riau Online)
Korban jiwa berjatuhan. Sebagian besar merupakan rakyat biasa yang merupakan penduduk setempat dan pengungsi. Korban jiwa yang tercatat diantaranya Ibu Kasdi, Istri Kades Penaruban (Kaligondang), Ibu Yatin dari Jatisaba (Purbalingga). Sementara penduduk setempat yang meninggal dunia ada Ny. Tamiarja, Ny. Ahmad Yakup dan kakak perempuanya, Ny. Sadinala dan Misna. Sementara yang luka berat ada Ny. Sanmuhyi, Ny.Tameja dan masih banyak yang lainnya.

Pemboman tersebut membuat pejuang sementara menyingkir. Penduduk dan pengungsi tercerai berai.

Seperti dikisahkan Maksoem Hardjoprajitno dalam Buku Darah Gerilyawan, keluarganya terpisah saat menyelamatkan diri dari hujan kanon. Alhamdulilah esok harinya istri dan kelima puteranya semuanya ditemukan. Keluarga itu kemudian berpindah pengungsian ke Banjarnegara, kemudian ke Selokromo, Wonosobo.

Kayakuwe lur, salah sawijining cerita perang kemerdekaan sing kedadian nang Desa Gunung Wuled. Dadi ngerti ya susahe perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Jan, korban banda, ya korban nyawa...

Merdeka!!

Buku Darah Gerilyawan (Dok : Pribadi)
Catatan :
Kisah ini berdasarkan Buku karya Almarhum Pak Tri Atmo, sejarawan Purbalingga yang berjudul : ‘Darah Gerilyawan : Jejak Perjuangan Gerilyawan Purbalingga’. Saya bersama Pak Tri Atmo, sama-sama mengampu Tabloid Kabare Bralink (2010-2015) dan sering berdiskusi soal sejarah dan legenda Purbalingga

igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

2 Responses to "Hujan Kanon di Gunung Wuled"

Yoo gee said...

Artikel yang sangat bagus buat generasi mendatang. Mudah2an generasi sekarang dan generasi yang akan datang termotivasi dengan membaca artikel ini.
Merdeka !!!

igo saputra said...

Siap Mas Yoo Gee... salam.. merdeka!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel