Salam Lestari (3) : Adopsi Pohon, Selamatkan Hutan!

Ini tulisan gw lainnya mengenai alam. Tulisan ini udah dimuat di Koran Tempo, 8 April lalu. Gw posting lagi buat menuh-menuhin blog gw..hehe. Foto dari www.sarongge.org.

Ini Tulisanya...

---
“Pohonku sudah ketemu.” Teriakan itu muncul dari bibir Pandu Setya setelah mendengar bunyi nyaring pada alat global positioning system (GPS) yang dibawanya menyusuri Hutan Sahabat Green di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

Bunyi alat itu menunjukkan koordinat pohon yang tepat dengan data yang sudah ada dalam GPS. Berarti, pohon suren (Toona sureni) dengan tinggi sekitar 1 meter ini adalah pohon yang diadopsi Pandu, karyawan PT Sharp Indonesia. Dan benar, di dahan pohon itu masih tergantung tanda berupa kertas berlaminating yang menunjukkan bahwa ini adalah pohon yang ditanamnya sekitar dua tahun lalu di area Hutan Sahabat.

Selain melihat pohon adopsinya sendiri, Pandu, yang datang bersama dua rekannya, menjadi duta bagi karyawan perusahaannya yang ikut program tersebut. Karyawan dan perusahaan asal Jepang itu, melalui program Corporate Social Responsibility, mengadopsi 800 pohon berbagai jenis.

Selain Pandu, ada 20 orang yang bergantian menggunakan GPS dan berpencar mencari pohon masing-masing. Kedatangan mereka dari Jakarta ke bukit setinggi 1.500 meter ini memang khusus untuk menjenguk pohon yang telah mereka adopsi.

Mereka adalah peserta program Adopt A Tree Program, yang diinisiasi Green Radio bekerja sama dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangarango. Tempo berkesempatan menemani mereka tiga pekan lalu melihat pohon-pohon adopsinya yang terletak di Blok Pasir Tengah, Resort Sarongge, taman nasional itu. Area tersebut kini diberi nama Hutan Sahabat Green.

Joko Supeno, Manajer PT SKF Indonesia, datang menilik keadaan 400 pohon yang ditanam perusahaannya dalam program tersebut. Perusahaan onderdil otomotif yang berbasis di Swedia ini, kata Joko, memang menaruh perhatian besar terhadap upaya pengurangan pemanasan global. “Perusahaan kita menghitung CO2 yang dikeluarkan dalam proses produksi kami di sini dan mengkompensasikannya dengan penghijauan,” kata Joko.

Karena itu, ketika ada tawaran program adopsi pohon, perusahaannya pun langsung turut serta. Saat ini, kata Joko, perusahaan tengah mempertimbangkan proposal untuk menanam sejuta pohon di seluruh Indonesia.

Ada juga Florent, karyawan di PT Nokia-Siemens Network, yang turut serta dalam program tersebut. Ia ikut karena perusahaannya memberikan subsidi untuk adopsi pohon. Adopter pohon bahkan diberikan insentif tambahan satu hari cuti. Hasilnya, lebih dari 1.500 pohon diadopsi oleh karyawan perusahaan alat telekomunikasi tersebut. Selain itu, Flo, yang mengadopsi 10 pohon, mengaku punya misi pribadi, yakni ingin turut serta dalam pelestarian lingkungan yang dinilainya sudah semakin rusak. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Ini untuk anak cucu kita,” katanya.

Di Sarongge, yang berkabut tebal hari itu, juga terlihat aktivis antikorupsi Teten Masduki. Ia mengajak istri dan dua putrinya yang masih bocah, Nisrina, 10 tahun, dan Alia Nurani Sartika, 4 tahun. Mereka bahkan rela menginap di rumah pohon yang disediakan oleh pengelola untuk menjenguk puluhan pohon adopsinya. Selain turut program penghijauan, Teten Masduki bermaksud membiasakan kedua putrinya dekat dengan alam. “Mereka senang sekali diajak ke sini untuk melihat pohon adopsinya,” katanya.

Teten, yang juga Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia, menilai program seperti ini lebih baik ketimbang sekadar penghijauan biasa, yang hanya menanam lalu ditinggalkan begitu saja. Menurut dia, perbaikan hutan memang memerlukan perhatian semua kalangan dan berkesinambungan.

Selain Teten, sejumlah nama tenar, seperti mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie dan artis Olga Lydia, turut serta dalam program tersebut. “Kami berharap bisa merangkul banyak kalangan, baik individu maupun perusahaan, untuk ikut menjadi adopter,” ujar Managing Director Green Radio Santoso.

Untuk mengadopsi satu pohon, adopter dikenai biaya Rp 108.000 untuk jangka waktu tiga tahun. Biaya ini akan digunakan untuk perawatan pohon tersebut serta program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Dana dari para adopter dikelola secara transparan dan diperiksa akuntan publik. Adopter juga diberikan sertifikat serta bebas melihat kondisi pohon adopsinya.

Program itu dimulai pada pertengahan 2008 bekerja sama dengan pihak taman nasional. Area yang dihijaukan adalah wilayah yang gundul serta lahan hutan yang sudah diubah petani menjadi lahan garapan.

Adopsi pohon merupakan terobosan yang digagas untuk melakukan rehabilitasi hutan. Santoso menyatakan program penghijauan selama ini sering kali gagal. “Di tempat ini sudah sangat sering ada program penghutanan kembali, tetapi selalu gagal,” katanya. Sebab, kata dia, program penghijauan tidak disertai pemeliharaan. “Habis ditanam, ditinggalkan begitu saja, tidak dirawat.”

Dengan program adopsi, setelah ditanam, pohon akan dijaga dan dirawat sampai umur 3 tahun. Pada usia 3 tahun, pohon dinilai telah bisa tumbuh mandiri. Program adopsi juga melibatkan masyarakat sekitar untuk merawat dan menghutankan kembali kawasan tersebut.

Menurut Santoso, yang paling sukar justru mencegah masyarakat tidak kembali menggarap lahan. Maklum, sebagian besarnya lahan hutan di kawasan ini digunakan untuk berkebun sayur, seperti kol, wortel, dan daun bawang.

Karena itu, selain diajak menanam dan merawat pohon, masyarakat sekitar diberikan solusi pekerjaan lain yang tidak menggunakan lahan di kawasan hutan. Dananya diambilkan dari uang hasil sumbangan para adopter. “Lebih dari 50 persen dana adopsi pohon digunakan untuk program pemberdayaan masyarakat,” katanya.

Green Radio bersama Gabungan Kelompok Tani Swargi, yang mewadahi petani di daerah tersebut, merumuskan kegiatan ekonomi alternatif, di antaranya peternakan kambing, kelinci, dan lebah. Dengan memiliki pekerjaan alternatif, diharapkan petani sedikit demi sedikit beralih pekerjaan dan tidak kembali lagi ke hutan.

Awalnya, mempengaruhi warga memang tidak mudah. Hasil kebun sayur-mayur sudah telanjur menjadi penghasilan mereka. Namun perlahan kini mereka sudah mulai beralih. “Prinsip kalau memang bisa mensejahterakan, mereka mau,” kata Santoso.

Selain itu, Green Radio mengembangkan hutan ekowisata terbatas. Sebagian petani dan pemuda setempat dilatih menjadi pemandu wisata dan interpreter untuk adopter dan pengunjung yang ingin mengenal Hutan Sahabat Green. Lembaga ini juga mendirikan radio komunitas Edelweis sebagai sarana komunikasi program-program pelestarian lingkungan bagi masyarakat sekitar.

Kepala Bidang I Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Toni Supratman menyatakan, area yang kini dihutankan kembali adalah wilayah perluasan taman nasional yang berasal dari tanah yang sebelumnya dikelola Perum Perhutani. Pada 2003, Taman Nasional mendapat limpahan area seluas 6.778 hektare. “Sebagian besar kawasan yang tadinya dikelola Perhutani sudah digarap petani,” katanya.

Padahal, dalam kawasan konservasi, seharusnya kegiatan budidaya pertanian diharamkan. Untuk itulah, Taman Nasional terus gencar menggalakkan program penghutanan kembali. Salah satunya program adopsi pohon yang dikombinasikan dengan pemberdayaan masyarakat. “Kerja sama ini pionirnya,” katanya.

Green FM dan Taman Nasional menargetkan akan menghijaukan dengan program adopsi pohon seluas 5.000 hektare. Saat ini, pohon yang sudah ditanam sebanyak 8.800 pohon di area seluas 22 hektare. “Dalam 1 hektare kami menanam 400 pohon,” katanya. Pohon yang ditanam adalah pohon endemik kawasan Taman Nasional, seperti suren (Toona sureni), manglid (Maesopsis eminii), puspa (Schima wallichii), dan rasamala (Altingia Excelsa).

Ke depan, Green Radio bersama Taman Nasional akan merangkul sejumlah negara sahabat melalui kedutaan besar masing-masing untuk turut serta dalam program tersebut. “Nantinya akan diberi nama Kawasan Hutan Dunia,” kata Santoso.

GUNANTO E S
igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

0 Response to "Salam Lestari (3) : Adopsi Pohon, Selamatkan Hutan!"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel