In Vietnam (4) : Saigon Life's

Ok, ini tulisan saya terakhir tentang vietnam. Di bagian ini saya ingin menulis tentang serba-serbi kehidupan di vietnam.

Pertama, tentu saja soal wanita..haha. Hmmh, Wanita vietnam di mata saya cantik-cantik. Kulit putih, langsing, rata-rata badanya kecil tapi sintal dengan rambut yang hitam dan sebagian besar wanita vietnam suka memelihara rambut panjang.

Ada sepenggal kisah menarik tentang wanita vietnam yang diceritakan Jackie, tour guide kami waktu ke Chu Chi Tunnels. Menurutnya, wanita vietnam memuja kulit putih, tubuh langsing, hidung mancung, lesung pipit, dagu belah dan mata sedikit belo. Untuk urusan tubuh langsing, mereka tak perlu khawatir. Wanita vietnam suka sayuran, jarang makan margarine, susu dan makanan berlemak. Mereka juga 'gila' olah raga. Jadi, agak susah menemukan wanita vietnam bertubuh oversize.

Soal kulit putih, caranya juga gampang. Pada dasarnya kulit mereka memang putih dan wanita disana punya tips tambahan untuk menjaganya. Di Saigon, kota tempat kami berkunjung cuacanya cukup terik dan menyengat. Untuk beraktivitas out door di siang hari, mereka menutup rapat tubuhnya. Mereka menggunakan baju lengan panjang, dengan sarung tangan dan penutup hidung. "Kalau siang mereka 'syariah' ya bow," kata Sorta teman seperjalanan saya.

Meski siang syariah, sore dan malam hari mereka akan dengan bangga memamerkan keindahan tubuhnya. Hmmh...manstap. Malam di sekujur saigon adalah pemandangan yang menyejukan untuk mata saya..haha.

Kalau soal bentuk tubuh dan kulit putih itu mungkin perkara yang cukup gampang. Nah, kalau soal bentuk mata, hidung, dagu belah dan lesung pipit agak susah untuk merubahnya. Solusinya ya operasi plastik. Kata Jackie, tempat operasi plastik di Saigon sangat banyak. Pilihanya pun beragam. "Harganya berkisar US$ 200 sampai dengan US$ 400 untuk operasi hidung," kata Jackie. Yang mencengangkan, kata Jackie pula, untuk operasi memanjangkan hidung yang murahan menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya...hih.Ngeri kan?

Terus, untuk membedakan wanita single dan sudah bersuami bisa dilihat dari rambutnya. Rambut dipelihara panjang menandakan dia masih gadis atau kalaupun nikah ya masih ibu-ibu muda lah. Sementara wanita bersuami dan sudah setengah baya biasanya berambut pendek.

Kemudian, soal selera laki-laki, wanita vietnam tidak suka pria berkulit hitam. Ahh..bagian ini sebenarnya saya nggak suka menulisnya..:-(. Mereka juga tak suka pria bertato dan bertindik. "Pria bertato dan bertindik identik dengan mafia," imbuh Jackie.

Dari sisi materi, untuk memikat gadis vietnam juga tak susah-susah amat kok.Kata Jackie lagi, pria hanya perlu sepeda motor, televisi dan kamera. Punya tiga hal tersebut, akan sangat mudah memikat seorang gadis disana.

Oh ya, jangan sembarangan memotret wanita vietnam. Teman saya yang memang rada sok jadi fotografer (*piss buat Agust) beberapa kali memfoto wanita vietnam, dari mulai pegawai salon, penjual buah, pedagang souvernir, mereka selalu menutupi mukanya dan menunjukan ketidaksukaanya jika menyadari dirinya di foto. Menurut Jackie, mereka memang tidak suka difoto, apalagi foto berdua dengan laki-laki. Kata Jackie lagi neh, mereka baru mau di foto berdua kalau sudah tunangan, ya, minimal pacaran lah.

Lanjut soal kehidupan malam di saigon neh. Malam di saigon sungguh semarak. Sepeti saya sudah ceritakan sebelumnya, taman kota ada hampir disetiap sudut saigon. Masyarakat disana dan wisatawan berbaur dimalam hari disitu dari sore. Olah raga, fitnes, dansa-dansi berlangsung hingga larut malam. Saya dan teman mencoba olah raga dakao, sejenis takraw dengan kok berpegas. Turis Australia nimbrung bersama kami saat itu.

Terus muda-mudi vietnam juga sangat suka berduaan di taman. Seperti di Indonesia lah, adat ketimuran sepertinya sudah gak jaman. Ciuman, pelukan bahkan sampai aktivitas yang lebih panas lagi sangat gampang ditemui di seputaran taman..hmmh, jadi pengen...

Nah, di taman-taman itu juga berkeliaran kupu-kupu malam. Ada yang pakai germo, ada pula yang soliter, yang jelas mereka cantik-cantik. Sapaan 'ladies sir, atau beautiful girl sir?' sangat sering saya dengar. Mereka disebut dengan boom boom girl, agresif juga mereka lho..tangannya kemana-mana..Saya dan seorang teman sempat iseng berkenalan dengan dua orang kupu-kupu malam. Namanya, Ngeuk dan Heng (entahlah benar atau tidak ejaaanya). Eh, saya tidak menggunakan jasa mereka lho!hehe..

waktu itu, saya hanya iseng melambaikan tangan ke dua orang gadis yang lewat di depan. Eh, merekanya nyamperin. Ya sudah, kami sempat ngobrol. Tak banyak yang bisa digali karena komunikasi kami yang tidak terlalu lancar dalam bahasa inggris tetapi yang jelas saya membuktikan ucapan Jackie bahwa wanita vietnam tidak terlalu suka pria berkulit hitam seperti saya..hehe. Eh, meski begitu si Heng nafsu juga lho sama saya..haha.

Setelah sempat ngobrol, kami berdua memutuskan untuk pulang ke hostel. Mereka berdua pun tampak kesal karena kami berdua ternyata turis bokek yang iseng doang..:-D.

Eh, di Saigon juga ada kawasan Lesbi dan Homonya lho...

Mmh, Saya tidak mau melanjutkan cerita soal ini ah..cuma menyenangkan laki-laki hidung belang saja..hihi.

Lajut ke soal kuliner. Kuliner vietnam yang terkenal ya Pho. Sejenis makanan berkuah lah dengan sayur mayur, bihun dan teman-temanya. Kedai pho tersebar dimana-mana. Masyarakat saigon sangat suka makan bareng-bareng. Makanan vietnam juga murah-murah. Dengan 40 ribu dong (Rp 20 ribu), perut dijamin sudah kenyang. Kalau yang suka babi, tinggal pilih menunya. Semua murah-murah dan enak (ini kata temen saya yang makan babi).

Cari restoran halal?tak sukar juga. Di Pham Ngu Lao ada restoran India. Taj Mahal, namanya. Meski namanya Taj Mahal tetapi harganya cukup terjangkau. Rasanya pun tak mengecewakan. Ada resto halal yang menyediakan makanan melayu di dekat Ben Than Market, tetapi harganya mahal dan rasanya mengecewakan!"Udah maharani perut gw mules-mules lagi bow," kata temen saya usai makan ditempat tersebut. Kalau mau aman dan murah ya pilih saja KFC, paket yang dijakarta bisa Rp 30 ribu di sana harganya cuma Rp 20 per porsi.


Mau minum enak?Kopi vietnam bisa jadi pilihanya. Kopi vietnam dikenal enak, maklum negeri komunis itu eksportir kopi terbesar kedua di dunia. Di pinggir jalan atau di cafe, tinggal pilih. Yang mirip-mirip starbuck atau Bakoel Koffie, ada Trung Nguyen Coffie di deket Tai Dan Park yang bisa jadi pilihan. Sayang, saya bukan penggemar kopi jadi kurang bisa menikmatinya. Tapi, teman saya yang mencoba kopi vietnam tak bisa tidur semalaman..Minuman khas vietnam yang saya coba cuma kelapa khas vietnam (mungkin sejenis kelapa genjah, bentuknya lebih kecil dari kelapa biasa).

Nah, yang mau mabuk-mabukan? Vietnam bisa jadi surganya. Kata temen saya, Bir seharga 15 ribu dong (Rp 7500) aja sudah bisa minum sampa mabok. Saya merencanakan minum-minum dihari terakhir. Namun, sampai pulang tak setetespun minuman beralkohol yang saya cicipi...bersyukur tapi nyesel juga..haha.

Soal lalu lintas, ini yang tidak menyenangkan. Begitu banyak motor di Saigon. Memang, motor di saigon cc-nya terbatas, hampir tak ada motor 'laki-laki' di sana tapi ya tetep aja ruwet. Namun, lalu lintas begitu ruwet. Lampu merah banyak yang tidak dipatuhi dan polisi lalu lintas hampir tidak ada. Di Saigon setirnya ada di kiri, jadi kita harus adaptasi untuk tengok kiri dulu, baru tengok kanan. Tips, saat menyeberang jalan jangan berhenti, jalan saja terus karena motor akan menyalip di belakang kita.

Oh ya, kata Jackie, harga motor di vietnam mahal abis. Jenis motor keluaran pabrikan jepang yang di Indonesia harganya cuma Rp 15 jutaan, disana bisa mencapai US$ 4000. Mahal banget kan?

Satu lagi yang ruwet di saigon. Kabel telepon!Minta ampun ruwetnya. Sangking ruwetnya, kabel telpon justru dijadikan mode kaos-kaos yang banyak dijual di sana judulnya 'Saigon Telecom' atau 'Vietnamesse Telecom'.

Yang saya salut, meski negara berkembang layaknya Indonesia, di Saigon hampir tidak saya jumpai pengemis atau pengamen jalanan. Meski lalin ruwet, cuma tak ada kemacetan panjang yang saya jumpai disana. Tata kota pun lumayan rapih. Taman kota yang luas, artistik dan tersebar di setiap sudut kota juga menjadi nilai tambah. Bangunan-bangunan tua dan musium juga dipelihara dengan baik dan menjadi obyek wisata yang sangat banyak dikunjungi wisatawan. Jakarta dan kota-kota besar lainya, saya rasa perlu belajar dari Saigon dalam menjaga bangunan-bangunan tua nan bersejarah dan memaksimalkan potensinya. Oh ya, saya juga sempat mengunjungi opera house dan city hall sebelum pulang ke jakarta.

Soal souvenir, tinggal berkunjung ke Ben Than Market dan sekitarnya. Pilih barangnya dan silahkan adu tawar dengan penjualnya. Tips : tawar sampai sepertiga atau seperempat harga penawaran awal. Kalau mau harga pas dengan kualitas cukup baik bisa dibeli juga di Central Post Office.

Terakhir, saya mau memenuhi permintaan teman saya untuk menulis perkiraan cost untuk backpaker-an di Saigon. Murah kok, saya berkunjung 4 hari di Saigon dan 3 hari di Kamboja habis sekitar US$ 300. Itupun saya sudah bisa beli oleh-oleh meski tak banyak.

Gini, tiket promo Air ASia PP Saigon-Jakarta hanya 700 ribuan. Plus air port tax di bandara Jakarta 150 ribu. Kemudian, hostel dengan ac, air panas dan tv flat plus breakfast anda cukup membayar sekitar US$ 6-8 per malam. Makan juga murah meriah, yah, rata-rata 20 ribu lah sekali makan. Tiket masuk juga obyek wisata juga murah-murah. Lalu, untuk mobilitas juga terjangkau, tinggal pilih mau pakai taksi, cyclo (ojek khas vietnam), bus ber AC atau jalan kaki. Saya dan teman pilih jalan kaki berbekal peta sih...lebih murah, sehat dan menantang hehe.

Jadi segera pesan tiket dan menabung. Silahkan jelajahi dunia..now everyone can fly *air asia mode on..hehe

End
igo saputra Orang yang suka berkhayal dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan. Jangan berhenti berimaji..

0 Response to "In Vietnam (4) : Saigon Life's"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel